Melihat kekompakkan itu
aku iri. Melihat persatuan itu aku iri. Melihat kuantitas itu aku iri. Dari
situ muncul lah pertanyaan. Apa yang salah dari kami sehingga tak bisa seperti
itu ? atau aku ubah pertanyaannya, apa yang salah dari aku sehingga tidak bisa
membimbing menjadi seperti itu ? ya mungkin pertanyaan yang kedua itulah yang
paling tepat. Masih banyak kekurangan dalam diriku. Ajakan manisku terkadang di
jawab dengan pahit, itu bukti bahwa aku masih kurang merangkul kawan-kawanku.
Aku sepertinya juga masih jauh dengan kawan-kawan ku. Aku tahu masing-masing dari orang punya
kehidupannya masing-masing dan aku pun punya kehidupan. Ya mungkin masih kurang
aku memberikan waktu untuk tanggung
jawab ini. Apa yang harus aku lakukan ? pikir sudah mulai tak kuasa mencari
jawaban. Ditambah kondisi yang terkadang menyurutkan semangat juangku. Egoku
terkadang mencuat karena atmosfer ego yang menyelimuti langit jalanan ini. Jalanan
gelap yang terselimut kabut ego berimbas pada jarak pandang mata kebijaksanaan
yang berkurang, membuat sesak nafas pengorbanan dan mencekik leher-leher
kesabaran. Lempeng-lempeng amarah pun terkadang bergemuruh, bergoncang tak
tentu menggetarkan tiang hembusan nafas penenangan.
Semua bencana alam
bawah sadar itu adalah kekuatan. Semua yang tak membunuhmu bisa membuatmu
menjadi bertambah kuat, aku rasa semua tadi aku jadikan kekuatan. Setiap mimpi
yang telah tergantung tinggi dan telah ditopang pilar-pilar keyakinan pasti
suatu saat ada palu-palu kehidupan yang mencoba merobohkannya. Tinggal
bagaimana sikap kita menghadapi palu-palu tersebut saja. apakah kita hanya akan
mengusir palu-palu dan membiarkan retakan-retakan itu ? Atau akan kita rebut
palu-palu itu dan kita jadikan kekuatan ? Aku rasa aku akan lakukan yang kedua.
Meskipun aku terkadang
merasa berjalan sendiri tapi aku juga selalu ingat bahwa disamping tegaknya aku
berdiri ada mereka yang juga tegak berdiri memandang pada satu titik yang sama.
mereka-mereka yang berada pada rentang frekuensi yang sama. mereka-mereka yang
berinterferensi konstruktif menjadi suatu gelombang tujuan kebersamaan. Terima
kasih untuk “mereka” yang aku sebutkan.
Ingatlah kawan-kawanku,
saudara-saudaraku kita hidup di dunia ini tidaklah sendiri. Bolehlah kita menjalani
hidup kita masing-masing dengan cara masing-masing. Semua tentang kehidupan
kalian tentu kebebeasan ada pada kalian. Namun, kebebasan itu terbatas juga oleh
kebebasan orang lain. Kehidupan kita pun juga terbatas kehidupan orang lain
karenan memang satu kehidupan dengan kehidupan yang lain terdapat pola yang
bisa terhubung. Hargailah mereka yang telah mau mengorbankan hidup mereka untuk
kepetingan bersama dengan tanpa menghilangkan kebebasan kalian dalam melangkah.
Tulisan ini ditulis
bukan untuk pencitraan atau tujuan pamer dan tujuan-tujuan negatif lainnya.
tujuan penulisan ini hanyalah pembelajaran dari pengalaman hidup seseorang. Dan
“aku” yang disini belum tentu aku.
Bertebaran kalian dan
berkaryalah kalian dalam kehidupan masing-masing ! dan jadilah seseorang yang
sukses dalam naskah kehidupan kalian !