Ini adalah cerpen yang saya buat waktu dulu kelas X SMA. Tidak sengaja saya temukan saat mengubrak-abrik file-file di laptop. Begitu masih lugunya tulisan saya waktu itu. Mungkin bisa disebut cerita seperti ini adalah cerita yang mainstream. Namun, saya hanya ingin share saja cerpen saya ini. silahkan dinikmati keluguan dari cerpen saya ini. Ini hanya karangan fiktif belaka, tidak ada hubungannya dengan kehidupan saya peribadi. Saya pikir kalian sewaktu dulu juga pernah memiliki keluguan pikiran juga, iya kan ? silahkan menikmati.
Selamanya untuk Joni dan Jini
Cerita
ini berawal pada tahun 1999, saat Joni masih seorang anak kecil yang masih
duduk di bangku sebuah TK. Ia hidup di kota Pekalongan. Pagi itu Ibu Joni
membangunkan Joni untuk berangkat ke sekolah. “Dek…… Bangun……Kan adek mau
sekolah…..” kata Ibu. Sontak Joni bangun dan bergegas mandi. “Wah…..sudah siang
ma…… apa Joni telat ?” Tanya Joni lugu. “Tenang saja dek……Kamu tidak telat kok…Sana
cepat mandi dan sarapan, nanti kamu berangkat diantar mas Ratno ya….” Jawab
Ibu. “Iya ma……” Sahut Joni sambil bergegas mandi.
Walaupun
masih TK, Joni sudah merasakan cinta. Namun, ia belum mengerti apa itu cinta.
Ia menyukai salah satu teman TKnya yaitu Jini. Mereka berdua sering bermain
bersama. Jini tidak mengetahui bahwa Joni menyukainya, karena Joni tak berani mengatakannya.
Singkat
cerita mereka berdua sudah duduk di bangku SD. Mereka berdua sekolah pada SD
yang sama. Joni merasa sangat senang karena hal itu. 5 tahun mereka jalani
bersama. Namun, tetap saja Jini belum mengetahui tentang perasaan Joni. Suatu
hari saat mereka kelas 5 SD, Jini memanggil Joni “Jon…..” “Ada apa Jini ? kelihatannya kamu kok sedih
si…..?” Sahut Joni. “Sepertinya aku akan pindah keluar kota” Kata Jini. “Hah…!!
Yang bener Jin….Kamu mau pindah kemana ?” Tanya Joni. “Aku tak tahu soal itu,
orang tuaku tak memberitahuku.” Jawab Jini. Dalam hati Joni sangat terpukul.
Namun, ia mencoba bersikap bijaksana di depan Jini. “Jini….. Tenang saja,
walaupun kamu akan pindah jauh tapi kan hubungan pertemanan kita masih utuh.
Bisa saja setelah kamu tahu dimana rumahmu, liburan aku akan berlibur kesana.
Kita juga masih bisa berkirim surat.” Kata Joni. “Iya Jon…. Aku sedih harus
pindah…” Balas Jini. Dalam hati Joni berpikir apakah saat ini ia harus
mengatakan perasaan yang sebenarnya kepada Jini. Tapi ia menyagkal pikirannya
sendiri, jika ia mengatakannya sekarang itu hanya akan menambah kesediahn Jini.
Akhirnya Joni tetap merahasiakannya seraya ia berkata dalam hati, “Jini….
Seandainya kamu tahu apa yang sebenarnya aku rasakan. Tunggu pada saat
waktunnya nanti aku kan mencarimu dimanapun kamu berada dan aku akan
menikahimu. Aku berjanji tak akan memindahkan hatiku kepadamu kecuali itu sudah
tak mungkin.” Akhirnya Jini pun pergi.
Hari
demi hari Joni lalui sendiri. Ia terus memikirkan tentang Jini. Tak terasa
sekarang ia telah menginjak SMA. Ia bertemu dengan seorang anak yang bernama
Agung yang akhirnya menjadi sahabatnya. Setiap hari mereka selalu bersama.
Mereka berdua sering curhat satu sama lain. Sampai pada suatu malam minggu saat
mereka berdua pergi jalan-jalan. “Jon….. Kamu itu belum punya pacar kan….?”
Tanya Agung. “Belum lah………….. Kenapa ?” Tanya Joni. “Ada temanku yang naksir
kamu lo…..cantik…..” Jawab Agung. “ “Haahahaha….. Aku tidak berminat….
Hahahaha….” Kata Joni sambil tertawa. “Kenapa ? Padahal banyak yang suka sama
kamu Jon, tapi kamu tak pernah memilih satu dari mereka.” Kata Agung heran.
“Dulu aku pernah berjanji pada diriku untuk tidak mencintai orang lain.” Jawab
Joni sambil menatap langit. “Owh….. Siapa ?” Tanya Agung. “Dia adalah seorang
wanita yang aku cintai sejak aku TK, namanya Jini.” Jawab Joni. “Kenapa kamu
tak mengatakan kepadanya ?” Tanya Agung. “Sekarang aku tak tahu dimana ia
berada. Ia pindah rumah ke luar kota entah dimana.” Jawab Joni dengan mata berkaca-kaca.
Agung menyadari bahwa Joni menangis, lalu ia berkata, “Sudahlah…… Yang kamu
lakukan adalah hal yang baik, tak perlu ditangisi. Ada aku disini, aku akan
bantu kamu semampuku kok….”
“Terimakasih Gung….. Kamu memang sahabatku.” Kata Joni.
Sekarang
sudah semester IV, dua hari lagi sekolahnya Joni akan mengadakan study tour ke
Bali. Joni dan Agung sibuk mempersiapkan apa-apa saja yang akan mereka bawa.
“Masya Allah Joni………!! Banyak sekali barang yang kamu bawa.” Kata Ibu. “Hehe…
Tak apa kok Ma… Semua ini barang-barang yang Joni perlukan.” Jawab Joni. “Tapi
apa tak terlalu banyak ? Apa Agung bawa
barang sebanyak itu ? pasti ia lebih pintar dalam menentukan apa yang harus
dibawa.” Kata ibu. Tiba-tiba terdengar suara bel dan salam pintu depan. “Assalamualaikum……
Joni…..Joni….” Suara dari depan pintu. “Pasti ini Agung Ma, ia sudah bilang mau
kesini malam ini untuk ngecek barang bareng Joni.” Kata Joni. Joni pun lari
menuju pintu dan membukakannya. “A.......Gung…… Waalaikumsalam…. Ayo masuk….”
Kata Joni. “Oke oke…” Jawab Agung. Lagi-lagi Ibu terheran, ternyata barang
bawaan Agung lebih banyak daripada Joni. Ibu Cuma bisa tertawa melihat itu.
“Gimana Jon ? Beres semua ?” Tanya Agung. “Beres….” Jawab Joni. Lalu Agung
mulai mengecek barangnya dibantu oleh Joni.
Hari
ini adalah hari keberangkatan ke Bali. Wajah anak-anak di sekolah tampak ceria.
Tak terkecuali Joni dan Agung. Mereka semua sedang menunggu bis mereka datang.
Tak lama kemudian bis itu datang. Setelah upacara pembukaan selesai,
murid-murid masuk ke bis masing-masing. Joni duduk dengan Agung. Perjalanan
dari Pekalongan menuju Bali sangat lama, sekitar satu hari mereka dalam
perjalanan.
Akhirnya
mereka sampai di Bali. Mereka berada di Bali untuk 5 hari. Mereka sampai di
Bali pada waktu malam hari. Jadi semuanya sudah lelah dan langsung istirahat di
hotel. Keadaan sunyi, semua murid sudah tidur. Namun, tidak dengan Joni. Ia tak
bisa tidur, “Kenapa malam ini
aku tak bisa tidur ya…? Aku merasa ada yang aneh…. Apa yang akan terjadi ya….”
Kata Joni dalam hati. Pukul 02.30 WITA baru Joni bisa tidur.
Keesokan
harinya, Agung dan Joni berjalan-jalan. “Eh Gung…. Kok aku merasa ada yang aneh
ya….. Perasaanku kok rasnya gimana gitu, seperti akan terjadi sesuatu.” Kata
Joni. “Ha…..? Cuman perasaanmu saja. Tenang saja Jon, ada aku disini.
Hahhhahaa….” Jawab Agung sambil tertawa. Karena mereka berdua berjalan sambil
bergurau, Joni menabrak seorang wanita. Gubrraakk….!! “Maaf mbak….” Kata Joni.
Barang-barang wanita itu jatuh, “Tak apa kok mas…” Jawab wanita itu. Saat mengambilkan
barang wanita tadi yang jatuh, Joni sempat bertatap mata dengan wanita itu.
Wanita itu lalu berterimakasih dan pergi. Joni hanya terdiam, ia merasa kenal
dengan mata itu.
“Siapa
ya….?” Ujar Joni dalam hati. “Woi….! Melamin saja….. eh maksudku melamun saja….
Ada apa ?” Tanya Agung heran. “Aku merasa aku kenal dengan mata itu.” Jawab
Joni. Tiba-tiba Joni lari kearah wanita tadi pergi. Ia mencari wanita tadi
lagi. Namun, ia tak menemukannya. “Ada apa Jon…..?” Tanya Agung. “sepertinya
aku kenal dengan wanita tadi.” Jawab Joni. “Kita bicarakan nanti di hotel
saja.” Kata Agung.
Dalam
perjalanan pulang ke hotel, Joni masih tetap memikirkan tentang wanita itu.
Sampailah mereka di hotel. “Ada apa tadi Jon ?” Tanya Agung. “Aku merasa kenal
dengan wanita itu. Saat melihat matanya, aku merasa tak asing dengan dia. Tapi
aku lupa siapa dia……” Jawab Joni. “Owh…. Paling-paling dejavu Jon.” Jawab
Agung. “Jangan-jangan…..” Kata Joni. “Apa Jon….?” Tanya Agung. “Jangan-jangan
dia Jini.” Jawab Joni. “Hah…!! Mungkin saja Jon. Berdoa saja semoga besok kita
bisa bertemu lagi dengannya.” Kata Agung. “Amin…..” Jawab Joni.
Ternyata
doa mereka terkabul, mereka berdua bertemu lagi dengan wanita itu di hari
terakhir mereka di Bali. Joni bergegas menemuinya dan menanyakan namanya.
“Hai…. Kamu yang kemarin kan ?” Tanya Joni. “Hmm….. Owh iya saya ingat. Benar
saya yang kemarin. Ada perlu apa ya…? Jawab wanita itu. “Maaf, kalau boleh tahu
siapa namamu ya…?” Tanya Joni. “Perkenalkan aku Jini.” Jawab wanita itu. Sontak
Joni dan Agung hanya bisa terdiam. Lalu Joni berkata, “Jini…. Kamu ingat aku
ndak Jin ? aku Joni….!!” “Hah…!!! Joni ? yang dulu teman TK dan SD dulu itu ?”
Tanya wanita itu. “iya benar…..” Jawab Joni. “Ya ampun Joni….Sudah lama kita
tak bertemu.” Kata Jini. “Iya Jin, aku kangen sekali sama kamu. Jin, kenapa
kamu sampai sekarang belum memberitahuku dimana tempat tinggalmu ?” kata Joni.
“Owh….. Maaf Jon aku lupa. Aku terlalu sibuk mungkin. Hehe… Aku sekarang
tinggal di Bandung.” Jawab Jini. “Tidak apa-apa kok. Yang penting sekarang kamu
sudah mengatakannya. Apa yang kamu lakukan disini Jin ?” Kata Joni. “Study tour
sekolah, biasa…. Eh Jon sudah dulu ya, aku sudah di tunggu rombonganku.” Jawab
Jini. “Oke Jin…. Sampai jumpa ya….” Kata Joni.
Tak
lama kemudian rombongan sekolah Joni pulang. Dalam perjalanan Joni tersadar,
“Aduh…. Aku lupa meminta no. HP jini.” “Lah kamu Jon…… Ya sudahlah…. Sudah
terlanjur. Kalau memang jodoh pasti nanti kalian bertemu lagi.” Kata Agung.
Akhirnya mereka sampai di kota tercinta.
Tahun
demi tahun telah berjalan. Sekarang Joni telah menjadi pemuda yang gagah.
Begitu juag dengan Agung. Sekarang Joni duduk di bangku kuliah. Universitas
yang Joni ambil dan Agung ambil berbeda. Namun, masih dalam satu kota yaitu
Bandung. Joni mengambil fakultas kedokteran dan Agung mengambil fakultas
psikologi. Disini Joni sangat optimis akan bertemu Jini. Akhirnya berkat cinta
joni yang kuat dan tekad setegar batu karang, mereka berdua dipertemukan lagi.
Mereka berdua mulai dekat kembali. Sampai pada suatu malam saat mereka berdua
sedang pergi ke suatu cafe, Joni mulai berbicara serius dengan Jini. “Jini…..”
Panggil Joni. “Ada apa Jon ?” Sahut Jini. “Aku inging jujur sama kamu.
Boleh….?” Kata Joni. “Silahkan saja.” Jawab Jini dengan sedikit canggung.
“Sebenarnya dari dulu saat kita masih TK sampai sekarang, aku itu cinta sama
kamu Jin. Apakah kamu mau terima cintaku ?” Ungkap Joni. “Maaf Joni aku tak
bisa menerima cintamu.” Jawab Jini. “Kenapa Jini ? Cintaku ini benar tulus dari
hati” Tanya Joni. “Aku tak mau membuatmu kecewa.” Jawab Jini. “Kecewa bagaimana
?” Tanya Joni. “ aku tak bisa mengatakannya padamu Joni. Terimakasih ya Jon
telah mencintaiku.” Ujar Jini seraya ia meninggalkan Joni. Sebenarnya air mata
Jini telah jatuh ketika meninggalkan Joni, tapi Jini mengusapnya dengan segera.
Jini sebenarnya ingin sekali menerima cinta Joni, tapi Jini mengidap penyakit
yang sangat berbahaya. Ia telah di vonis oleh dokter bahwa ia akan meninggal
dalam waktu 1 bulan lagi. Maka dari itu ia tak menerima cinta Joni, karena ia
takut membuat Joni begitu sedih ketika kehilangan Jini. Joni tak mengetahui
ini.
Tiap
hari Joni hanya bisa merasa kecewa. Ia selalu mencoba untuk melupakan kejadian
itu. “Sudahlah Jon…. Yang penting kamu sudah mengatakannya.” Ujar Agung. Joni
hanya terdiam. Suatu hari tepatnya adalah sebulan setelah peristiwa Joni
ditolak Jini, Joni sedang berada di laboratorium di kampusnya. Ia sedang
membaca-baca tentang rekam medis dari rumah sakit-rumah sakit. Sedangkan di
rumah sakit Jini sedang terbaring menanti ajalnya, karena hari ini adalah hari
terakhirnya. Saat Joni sedang mencari-cari, ia menemukan satu rekam medis yang
ia tertarik untuk membacanya. Isinya adalah tentang penyakit langka. Ia
tertarik karena ia baru sadar kalau penyakit tersebut pernah terjadi di sini. Setelah
ia baca, ia menemukan nama Jini tercantum disana sebagai pengidap penyakit
tersebut. Dan ia juga membaca bahwa hari ini adalah hari terakhir Jini hidup.
Joni
kaget dan langsung bergegas menuju ke rumah sakit dimana Jini dirawat. Karena
ia terlalu bergegas, di tengah perjalanan ia mengalami kecelakaan yang parah.
Ia dilarikan ke rumah sakit yang sama dimana Jini dirawat. Saat Joni masuk di
UGD, Jini juga sedang ada di UGD. Tanpa sadar Jini melihat Joni, sontak ia
bangun dari ranjangnya dan menghampiri Joni. “Jini…. Aku sudah tahu apa
alasanmu menolakku.” Kata Joni. Sambil menangis Jini menjawab, “Maafkan aku ya
Jon….. Kenapa kamu bisa kecelakaan ?” “Aku terlalu terburu-buru kesini, aku
tahu ini hari terakhirmu atau mungkin aku Jin. Aku datang kesini Cuma ingin
mengucapkan aku cinta kamu selamanya Jin, tak ada yang menggantikanmu. Mugkin
ini yang terakhir dariku.” Ujar Joni seraya ia sekarat. “Aku juga mencintaimu
Jon. Ini juga mungkin akan jadi terakhir dariku.” Jawab Jini. Sambil tersenyum
Joni berkata, “Terimakasih Jin, kamu telah mengindahkan saat terakhirku.
Ternyata kita saliang mencintai.” Sambil berpegangan tangan mereka berdua
berkata, “Cinta kita kan abadi di alam sana.” Setelah itu, mereka berdua
menghembus kan nafas terakhir mereka. Mereka berdua meninggal dengan bahagia.
Semoga cinta mereka akan abadi di alam sana selamanya.