Assalamualaikum
Ww. Ww.
Alhamdulillahiraabbil
alaamiin wabihii nasta’iin alaa umuriddunnya waddiin wassholatu wassalaamu ala
asrafil ambiyaa’i wal murasaliin sayyidinaa wa maulana Muhammadin wa ala
aalihii washohbihi ajma’in, amma ba’d.
Yang saya
hormati Bapak Nurokhim selaku guru pembimbing mata pelajaran Bahasa Indonesia,
dan yang saya hormati pula serta saya banggakan teman-temanku semuanya.
Pertama-tama
marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga kita dapat berkumpul dalam kesempatan kali ini dengan
keadaan sehat wal afiat. Shalawat serta salam tidak lupa kita panjatkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari kiamat
nanti, amin.
Dalam kesempatan kali
ini saya akan menyampaikan sebuah pidato yang berjudul “Pendidikan Moral Indonesia”.
Menurut Wikipedia Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam
tindakan yang memiliki nilai positif. Ada juga yang menyebutkan bahwa moral
adalah produk netral jiwa. Menurut saya moral adalah sikap atau perilaku yang
benar-benar muncul dari hati nurani yang sesuai dengan etika dan norma yang
berlaku. Jadi, ini adalah sebuah hal yang pantas bahwa moral memiliki nilai
yang positif karena moral berasal dari hati nurani.
Indonesia sebagai bangsa tentunya mempunyai ciri khas moralnya
tersendiri. Ciri khas moral Indonesia adalah adat ketimuran. Indonesia dikenal
sebagai bangsa yang kental akan adat ketimuran seperti sopan santun,
menghormati yang tua, saling menghargai satu sama lain, jiwa kekeluargaan yang erat
dan sebagainya. Kemunculan adat ketimuran Indonesia itu berkat
pendidikan-pendidikan moral yang diajarkan oleh kakek-kakek kita terdahulu.
Orang Indonesia tempo dulu sangat menjunjung pendidikan moral selain pendidikan
intelek. Berkebalikan dengan sekarang yang hanya mementingkan pendidikan intelek
saja.
Sekarang orang Indonesia mulai
meninggalkan gaya hidup ketimurannya. Banyak orang yang lebih menyukai untuk
hidup dengan gaya hidup barat. Memang bukan sesuatu yang salah apabila kita
mengikuti arus kemodernan zaman tetapi setidaknya kita tidak meninggalkan siapa
sebenarnya kita ini. Kita ini Bangsa Indonesia yang mempunyai moral ketimuran.
Kita bukan bangsa barat yang hidup di bawah simbol “Patung Liberty”.
Hal ini harusnya disikapi oleh pemerintah Indonesia
terutama bagian pendidikan karena pendidikan sangat berperan penting dalam
pembentukan moral. Selain dapat memberikan pendidikan intelek, sistem
pendidikan di Indonesia seharusnya juga dapat membentuk moral warganya terutama
yang masih remaja. Sistem pendidikan Indonesia cenderung mirip dengan
pendidikan barat yang dibawa oleh pemerintahan kolonial dahulu. Sitem ini tidak
cocok dengan kepribadian dan kebutuhan Bangsa Indonesia. Pendidikan barat
didasari oleh regering, tucht and orde, atau perintah,
hukuman dan ketertiban atau paksaan. Dalam prakteknya, pendidikan yang demikian akan merusak kehidupan
batin anak-anak. Budi pekertinya rusak karena hidup di bawah paksaan dan
hukuman. Jika kelak dewasa, anak-anak yang telah rusak batinnya tidak dapat
bekerja tanpa diperintah.
Menurut saya pendidikan moral di Indonesia itu masih kurang. Ini
terbukti dari masih maraknya kasus-kasus kerusakan moral yang melanda Indonesia
terutama pada remaja. Remaja yang seharusnya generasi penerus Bangsa Indonesia
ini tetapi moralnya tidak mencerminkan kebangsaannya. Tawuran, tindakan bullying di sekolah, narkoba, dan
lain-lain, itu adalah sebagian kecil dari indikator kerusakan moral ramaja
bangsa ini sekarang. Tidak hanya pendidikan formal saja yang harus dibenahi
tetapi pendidikan non formal terutama keluarga juga harus dibenahi. Keluarga
harus dapat memberikan pendidikan-pendidikan dasar dari kehidupan yang dapat
membentuk moral yang baik bagi anggota keluarganya.
Dari segi diri sendiri, kita harus mampu membekali diri dengan ilmu-ilmu
yang dapat membentuk moral kita, seperti ilmu agama dan ilmu tentang budi
pekerti. Kita juga harus mampu menyaring semua hal-hal yang masuk ke kehidupan
kita. Tetapi semuanya itu tidak akan membuahkan hasil apa-apa apabila dari
masing-masing individunya tidak mau untuk menerima pendidikan moral yang telah
diberikan. Jadi tergantung dari kemauan diri kita dan hati kita masing-masing.
Demikian pidato dari saya. Semoga dapat memberikan manfaat bagi
teman-teman dan juga bagi diri saya. Saya meminta maaf apabila ada kesalahan
dalam penyampaian pidato ini. Terima kasih atas perhatian teman-teman.
Akhirul kalam, wassalamualaikum Ww. Ww.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar