Senin, 28 Juli 2014

Aku dan Setan Dalam diriku



Ramadhan telah berlalu, syawal tiba bak seorang tamu. Ramadhan bulan yang penuh berkah dan syawal bulan kemangan. Ramadhan ditutup dengan gema takbir dan sorak gembira anak-anak kecil yang menanti datangnya hari raya idul fitri. Namun, kali ini saya tidak ingin bercerita tentang hari raya idul fitri atau Bulan Syawal. Kali ini saya ingin bercerita tentang sebuah kesimpulan yang saya dapat dari satu Bulan Ramadhan kemarin.
1 Ramadhan 1435 H tahun ini jatuh pada tanggal 29 Juni 2014 berdasarkan siding isbat kementrian agama. Seperti biasa ada perbedaan dengan beberapa ormas Islam dalam penetapan saya tak mengapa, bukan suatu masalah yang perlu dibesar-besarkan.
Pada Ramadhan ini aku baru sadar suatu hal bahwa aku telah lebih akrab dengan setan. Kita tahu bahwa setan adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang diciptakan dari api yang selalu menggoda manusia. Sepengatahuan saya tujuan besar setan Cuma satu yaitu mencari manusia untuk dijadikan teman di neraka nanti. Sungguh kasihan dan kesepiannya serta takut setan, sehingga mereka mencari teman dari makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna yaitu manusia, terbayang kah menyeramkannya neraka ? Namun, sepertinya memang manusia lah yang sepertinya paling mudah dan paling “worth-it” atau dalam B. Indonesia sepadan. Mengapa demikian ? manusia diciptakan Allah dengan akal dan nafsu. Manusia diciptakan pula dengan kehendak bebas (free will), Allah memberikan kesempatan kepada kita sebagai manusia untuk menentukan jalan yang akan kita ambil pada beberapa sisi.
Setan akan selalu menggoda manusia, membisikkan keraguan dalam berbuat baik dan kemantapan dalam berbuat buruk. Baik dan buruk disini tentunya dalam perspektif kebenaran mutlak yang diatur oleh Allah SWT. Manusia tidak luput dari godaan setan, mereka sangat rajin dan giat dalam menggoda dan menjerumuskan manusia kedalam lubang-lubang kesalahan. Namun, pada bulan ramadhan kabarnya setan-setan dibelenggu oleh Allah SWT. Hal tersebut berdasarkan pada sebuah hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi,

artinya “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Ketika Ramadhan datang maka dibukalah pintu-pintu surga, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan dirantailah syetan-syetan. (Hadits Riwayat Al-Bukhari nomor 1899, dn Muslim nomor 1079). (diunduh dari http://www.nahimunkar.com/hadits-tentang-ramadhan-datang-setan-setan-dibelenggu/ pada 28 Juli 2014)
Ada yang menafsirkan bahwa tidak secara harfiah dirantai dan tidak bisa menggoda manusia, tapi semacam kekuatannya dilemahkan jadi dalam menggoda tidak semulus di bulan-bulan biasa. Pada intinya dalam Bulan Ramadhan, setan tidak bisa menggoda manusia seperti biasanya. Saya tidak akan membahas penafsiran tersebut, yang ingin saya bahas pada tulisan ini adalah tentang keakraban saya dengan setan pada awal-awal Bulan Ramadhan.
Pada sesaat sebelum Ramadhan saya akui bahwa saya sedikit jauh dari Allah SWT. Betapa terasanya ketika kita sedang jauh dari-Nya. Berat kaki melangkah dalam beribadah serasa badan lemas tak menampakkan daya. Pada waktu itu saya merasa ini pasti godaan setan. Entah itu aku membuat sebuah hipotesis yang saya buat atau hanya saya mencari pembelaan atas dosa saya sendiri.
Lalu Ramadhan pun tiba dan saya bergembira berharap akan ada perubahan dalam diriku dan akan kembali mendekat kepada Allah SWT. Namun, ternyata kenyataannya berbeda dengan apa yang saya harapkan. Jujur, aku tidak mengalami perubahan yang berarti. Kemalasan-kemalasan dan rasa berat dalam langkah itu masih ada. Saya pun bertanya, mengapa ini masih terasa sama padahal ini Bulan Ramadhan ? Apakah setan masih menghasutku ?
Akhirnya aku sadar bahwa terkadang kitalah yang menjadi setan bagi diri kita sendiri. Bahkan mungkin sekarang setan tanpa menggoda manusia sudah seperti setan. Jadi jikalau kita melakukan suatu tindakan yang tidak baik atau maksiat janganlah langsung menyalahkan setan tapi coba tengok kedalam diri kita. Setankah kita ?
Mari tingkatkan Iman dan Taqwa kita, bentengi diri dari segala godaan yang muncul baik dari luar maupun dari dalam sendiri. Sekian sedikit cerita yang saya bagi, semoga bermanfaat J

Jumat, 11 Juli 2014

Dalam Ujung Tangkup

Dalam ujung tangkup...
Kasih pantas kau terima
Puji pun boleh kau punya
Sekalah sejenak para pencerca

Dalam ujung tangkup...
Calon-calon penggantimu sedang berlaga
Berkoar-koar dan melebur dalam masa
Menggaet suara dan kepercayaan bangsa

Dalam ujung tangkup...
Kau yang masih berdiri disana
Kau yang masih berpeluh jasa
Tetapi sekarang kau hampir dilupa

Dalam ujung tangkup...
Mata berkantungmu jadi saksi mata
Keriputmu jadi bukti nyata
Bahwa lelah telah jadi kawan di setiap senja

Dalam ujung tangkup...
Teruntuk engkau yang pasti punya banyak jasa
Teruntuk engkau yang pasti pernah membawa perubahan nyata
Teruntuk engkau yang pasti susah tidur memikirkan bangsa

Dalam ujung tangkup...
Teruntuk engkau sang Indonesia dalam dasawarsa
Teruntuk engkau sang wali bangsa
Teruntuk engkau sang abdi negara

Dalam ujung tangkup...
Kami mohonkan maaf kepada engkau yang kami sasarkan
Sasarkan akan protes penuh kemarahan
Sasarkan akan hinaan kata yang menyakiti perasaan

Dalam ujung tangkup...
Aku sadari bahwa tugasmu tak mudah
Aku sadari bahwa rakyatmu mudah sekali gundah
Aku sadari bahwa mereka yang mencercamu tak kenal lelah

Dalam ujung tangkup...
Kurapatkan ujung-ujung jari kananku dipelipis mata
seraya berkata lantang dan sederhana
TERIMA KASIH BAPAK SUSILO BAMBANG YUDHOYONO, our Presiden of Indonesia



catatan : aku bukan sang simpatisan yang buta membela dan memuja sosok tanpa cela, aku hanya seorang yang berusaha berterima kasih atas jasa, hanya mencoba menjadi manusia yang memanusiakan manusia.