Kamis, 19 Juni 2014

aku, dan rindu thdp teman-teman (keluarga)

akulah perantau dalam kota orang yang tentu jauh dari mereka penuntun tumbuh kembangku dulu #teman

jauh tntu tak dekat, tak terlihat dalam pasang mata, tak terpeluk oleh tangan yg terbuka, dan tak bisa disandar oleh kepala2 yg berat #teman

lalu rindu mulai menggebu, mengtuk pintu sbgai tamu kehidupan menjadi teman sepi yang semakin membuat sepi #teman

tapi tapi tapi, aku tak mengerti tiba2 mereka tersubjekkan sbg #teman datang. datan sbg pundak2 baru dan ladang2 senyum baru

jikalau kupanggil kau #teman tiada kira pikir kau datang.

bergulir waktu berjalan bersama kita yang sering jalan2 bersama hanya untuk skdar makan atau menghilangkan penat #teman


kami mati, dibunuh orientasi kehidupan masing2, dikubur oleh kesibukan masing2. kami dimatikan oleh kehidupan #teman


kami mnjadi zombie dlam mimpi2 nyata kami, seorang mayat hidup yang berjalan kedepan, mungkin terkesan bersama tapi sendiri sejatinya #teman

aku pun demikian, mungkin malah aku adalah yang terjauh dari kalian yg terkesan bersama #teman

dan dimalam ini rinduku tertampar realita dan menampar realita. mereka mencuat dalam ruang kosong yang saya sebut otak #teman

halo #teman apa kabar ? ayo main atau makan bareng lagi :)


tanda baca hidupku, hidupmu ?

Aku, terkomakan dari masa lalu yg membayang. Mencari titik dari akhir dari setiap bab kehidupan dan mencoba brpindah

Kamu, tertitik koma dari sebuah cerita masa lalu yg selalu bisa dibaca ulang. Dan stabilo stabilo kuning itu tetap menyala terang mmbantu

Dia, tertanda tanyakan oleh kekinian. Berlalu lalang dan mnjadi sebab dr jauh dekat. Pemberi alsan dan sekaligus penghilangan alasan

mereka, tertitik pada kotak infromasi yang terbatas fana. membunyi dan bergerak dalam batas pegetahuan, terkadang berbalut pada kemunafikan

kalian, tertandapetik dalam setiap kata dan tindak raga. berprosa dlm tawa dan cerita. aktif membawaku dari jalan lalu dan jalur searah

kita, terspasi dalam setiap ruang memori. berkala berubah thdp tekanan dan selalu teringat dalam ruang dimensi yg tertabrak tak sengaja

kami, tertutupkurungkan pada marjinalitas kebahagiaan. tak dapat dipahami kaum luar, sederhana dalam kompleksitas kehidupan. tak mengapa