Minggu, 08 Januari 2017

[PERCAKAPANKU dengan PAPRIKA]

note : mungkin aku sudah gila

 "Hai paprika merah"

 "Halo manusia coklat, hahaha"

"Ah kamu hahahaha"

"Ada apa wahai manusia? Kau butuh cerita?"

"Iya paprika merah, berikanlah kami petuah"
Meski aku merah tetapi aku tetaplah paprika. Aku tidak membeda dengan kawan-kawan paprika lainnya. Bahwa kami sebangsa paprika sadar bahwa kami adalah paprika. Perbedaan kami hanya ttg warna dan rasa. Namun, memang kami sadar kami tak bisa saling berinteraksi selayaknya kalian manusia. Memanglah semakin tinggi intensitas interaksi maka semakin tinggi pula kemungkinan konflik terjadi. Begitulah kalian manusia."

"Hmm.. begitu. Kamu disini sendiri?"

"Terkadang sesuatu yg nampak sendiri tidak benar-benar sendiri. Aku disini bersawa kawanku paprika kuning."

"Dimana dia?"

"Baiklah akan ku pertemukan..."
"ini kawanku paprika kuning"

"Halo paprika kuning."

"Halo manusia coklat hahahaha"

"Kau teman dekatnya paprika merah?"

"Oh iya, kebetulan kami juga tumbuh bersama."

"Apa arti kebersamaan bagimu praprika kuning?"

"Bersama itu sebenanrnya sesederhana tidak merasa sendiri. Tidak selalu harus selalu berhimpit berdua atau lebih dr dua untuk dikatakan bersama. Oleh karena itu, terkadang mereka yang saling berjauhan itu justru lebih bersama dr pada mereka yang bertemu setiap hari berduaan setiap hari tetapi hatinya sama-sama saling menjauhi."

"Hmm..."

"Mereka mempertegas perbedaan, menebalkan ketidaksamaan, dan meneriakan ketidakcocokan. Dalam arti luhur kebaikan atau bahkan agama mengapa justru membuat kita tidak bisa bersama?"

"lalu bagaimana caramu dan paprika merah serta paprika-parika lainnya untuk tetap sadar akan kebersamaan?"

"Sesederhana sadar bahwa hidup ini terlalu mulia untuk dijalani sendirian, hidup ini terlalu sebentar untuk saling membedakan secara keterlaluan, hidup ini terlalu luar biasa untuk hanya menjadi aku ketika ada kesempatan untuk menjadi kita"

"Terkadang aku malu menjadi manusia."

"Tak perlu malu, kalian wajar demikian, meski tetap harus segera ada perbaikan"

"Mengapa wajar?"

"Karena Tuhan memberikan kompleksitas yang lebih di kehidupan kalian dibandingkan kami paprika. Apalah kami? Hidup kami sesederhana tumbuh, berkembang biak, dipanen lalu dimakan, atau tetap diam di dahan lalu jatuh membusuk di tanah. Kalian jauh lebih dr sekitar itu."

"Benar sekali."

"Di bumi yg tidak hanya untuk manusia ini, kalian lah manusia yang dijadikan khalifah. Jadi, kebersamaan buat kalian seharusnya tidak hanya sebatas sesama manusia. Tapi sepertinya menyelasaikan yg sesama manusia saja kalian belum. Jadi, kami diluar manusia masih menunggu dulu saja. Jangan terlalu lama, jangan sampai kami punah dan tak terjamah. Karena sesuatu yang dibiarkan hilang terkadang akan sangat sulit untuk pulang."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar